Saturday, November 25, 2006

Dia yang Juga Pergi


Kali pertama bertemu di RS TNI AU Solo, kami saling meraba. Menerka, watak dan tabiat masing-masing. Maklum, ke depan, untuk waktu yang tidak ditentukan kami akan menjadi partner kerja. Karena hanya menerka, hasilnya pun tak ada yang istimewa. Lalu waktu pun akhirnya memisahkan kami. Hilang seperti hilangnya berita Jatuhnya Lion Air dari layar kaca.

Kami baru bertemu lagi tiga bulan kemudian. Pertemuan yang biasa. Karena, secara profesional memang demikianlah semestinya.

Bergulirnya waktu membawa kami pada sebuah persahabatan. Bukan lagi teman kerja. Persahabatan yang tidak saja berlaku pada diriku dan dirinya, tapi juga keluarga. Sering, aku habiskan waktu untuk mereguk secangkir kopi di rumahnya. Atau, bermain dengan anak semata wayangnya.

Kedekatan pula yang mambawa kami berbeda dengan kawan-kawan seprofesi yang lain. Menyusuri jalan bersama, berlari bersama. Tak pernah ada konflik. Temperamenku yang sering meledak, selalu tertutupi oleh kesantunannya berkawan. Ah...

Dua tahun berjalan, kami semakin dekat. Apalagi setelah SK dari kantor pusat menempatkan kami di kota Jogjakarta. Tapi, itu hanya sejenak. Kantor mendadak mengubah keputusan yang telah diterbitkan. Dia ditarik ke Jakarta dan aku tetap kembali ke Jogjakarta.

Aku tak tahu apa yang dia rasakan. Yang jelas, aku galau. Aku tidak hanya merasa akan kehilangan seorang teman kerja yang berdedikasi. Yang tetap bisa menjaga idealisme profesi secara santun. Tapi, juga kehilangan kawan yang telah banyak menurunkan tensi temperamenku.

Apakah dia juga galau? Aku tak perlu mencari jawabnya. Yang jelas aku akan selalu merindukan dia di atas deru motor di jalan-jalan yang panas.

1 Comments:

At 8:19 PM, Blogger Unknown said...

Wah, sempet nangis juga waktu baca tulisanmu ini. Gak tau knapa, aku banyak merasa kehilangan akhir2 ini. Suasana, kebersamaan, persahabtan yang selalu abadi dan juga perjalanan yang sering kita lalui saat liputan. I miss a lot. Tetep jadi saudaraku ya.....

 

Post a Comment

<< Home