Sunday, April 29, 2007

Tunisia


Bagian 1

Sore menjelang malam saat tiba-tiba telpon genggamku bergertar karena panggilan dari nomor 021-791xxx.. Ah! Jakarta! Tugas apalagi? Aku terus saja bergumam sebelum tanganku memencet tombol "yes" untuk mendengarkan suara dari Jakarta. Maklum, aku sedang mengambil cuti yang sudah di ambang kehangusan.

Ah! benar saja. Tugas itu akhirnya datang juga. Tugas yang lama kunantikan. Kantor mendadak memintaku membuat paspor dan berangkat ke Afrika. Aiih..! Afrika! Ya, Afrika utara. Tepatnya, Tunisia. Segera saja, aku kontak kawan dan kolega untuk mengurus paspor.

Terbayang di benakku tentang sebuah negara yang dekat dengan Eropa. Pasti eprcampuran budaya unik! Segera aku buka peta dunia hadiah dari majalah National Geographic. Tepat. ada gurun, ada laut. Ah! terasa aku sudah menginjakkan kaki di sana.

tanggal empat April aku harus berangkat. Artinya, sebelum tanggal itu, aku sudah harus berada di Jakarta untuk mengurus kamera, kaset, tripod dan tetek bengek yang lain. Dan, tibalah waktyu itu.

Bandara Soekarno Hatta
Tiba di bandara, teman-teman rombongan belum ada yang terlihat. "Aku dah sampai bandara dan menuju terminal keberangkatan," pesan singkat Mbak Ida Tempo. Tak lama, kami bertemu. Dan, satu per satu anggota rombongan pun muncul. mengenalkan diri dan membagi kartu nama.

Pukul 23.30 kami berangkat meninggalkan bandara. Transit di Singapura dan langsung ke Doha. Seeblas jam kurang lebih, aku duduk tanpa bergeser. Ke kamar kecil pun tidak. Aku benar-benar ingin menikmati perjalanan super lama ini.

Tidak tahu jam berapa kami sampai di Doha. Turun dari pesawat aku langsung mencari toilet dan ruang rokok untuk memberi kesempatan kepada bibirku yang mulai kecut. Setelah kurang lebih dua jam, perjalanan dilanjutkan dengan naik pesawat lagi untuk duduk sekitar lima jam agar bisa sampai ke Tunisia.

Sekitar pukul 13;30 waktu Tunis atau pukul 19;30 WIB, tanah Tunisia akhirnya kuinjak juga. bersama rombongan, kami langsung menuju Hotel Africa. Hanya untuk menaruh koper dan ransel. Oleh Amel, dosen yang menjadi guide, aku dan kawan-kawn langsung diajak jalan ke shouk Pasar Tradisonal Old Medina. Dan, dari sinilah cerita demi cerita di tanah Tunis dimulai.

Selanjutnya, baca: Jet Lee

0 Comments:

Post a Comment

<< Home