Sunday, April 29, 2007

Jet Lee


Bagian 2 (dari tulisan Tunisia)

"Jet Lee," seseorang berteriak saat aku dan rombongan berjalan menyusuri gang sempit Shouk Oldmedina. "Hallo, Jet Lee," seseorang berteriak lagi. Kali ini aku menoleh. "Kungfu," dia meneruskan sambil matanya menatapku. Dalam hati aku berpikir, orang ini berbicara denganku rupanya. Ah! Segera saja kuangkat kaki kananku. Tangan kanan ke atas menyerupai ular cobra yang berdiri dan siap menyembur. "Ciiaa..tt!" aku berteriak. Atas aksi konyolku ini, para pedagang yang berdiri di mulut kios langsung tertawa.

Jet Lee. Rupanya mereka tahu juga tentang aktor ini. Aktor yang juga aku gemari lewat aksi-aksi kungfnya di setiap film yang ia mainkan. Once up On Time in China, Bodyguard, dan film-film lainnya. Jet Lee, sudah terekam baik di otakku. Juga Chou yun Fat yang sangat aku gandrungi saat dia main di Crouching Tiger Hidden the Dragon dan tentu saja God of Gambler. Film mandarin juga menjadi film favoritku selain film-film festival yang dvd bajakannya aku beli. Aku selalu menangkap adanya pesan cinta, pengkhianatan, balas dendam dan harga diri yang harus ditegakkan dari film-film mandarin ini.

Tapi, mengapa mereka memanggilku Jet Lee? "Perasaan gak ada mirip-miripnya Loe ama Jet Lee," ujar Ardy heran. bang Agus Mulyadi pun mencoba menyanggah julukan baru yang aku peroleh dari pedadang-pedagang Tunisia ini. "Itu karena kamu aneh. Bawa kamera dan matamu sipit." Sipit? Ah! aku sendiri tak pernah memperhatikan apakah mataku sipit atau lebar.

Yang, jelas tak hanya di shouk itu saja aku dipanggil Jet Lee. Saat aku dan rombongan mengujungi makam sahabat Nabi di Khaerwan, tiga gadis berdebat untuk memberiku sebutan. Satu orang menyebutku sebagai Jackie Chan dan yang lain menyanggahnya. Kata dua cewek lainnya, aku lebih mirip dengan Jet Lee. Weleh..weleh..


Selanjutnya, Baca: Jantung Hati Tunisia

Tunisia


Bagian 1

Sore menjelang malam saat tiba-tiba telpon genggamku bergertar karena panggilan dari nomor 021-791xxx.. Ah! Jakarta! Tugas apalagi? Aku terus saja bergumam sebelum tanganku memencet tombol "yes" untuk mendengarkan suara dari Jakarta. Maklum, aku sedang mengambil cuti yang sudah di ambang kehangusan.

Ah! benar saja. Tugas itu akhirnya datang juga. Tugas yang lama kunantikan. Kantor mendadak memintaku membuat paspor dan berangkat ke Afrika. Aiih..! Afrika! Ya, Afrika utara. Tepatnya, Tunisia. Segera saja, aku kontak kawan dan kolega untuk mengurus paspor.

Terbayang di benakku tentang sebuah negara yang dekat dengan Eropa. Pasti eprcampuran budaya unik! Segera aku buka peta dunia hadiah dari majalah National Geographic. Tepat. ada gurun, ada laut. Ah! terasa aku sudah menginjakkan kaki di sana.

tanggal empat April aku harus berangkat. Artinya, sebelum tanggal itu, aku sudah harus berada di Jakarta untuk mengurus kamera, kaset, tripod dan tetek bengek yang lain. Dan, tibalah waktyu itu.

Bandara Soekarno Hatta
Tiba di bandara, teman-teman rombongan belum ada yang terlihat. "Aku dah sampai bandara dan menuju terminal keberangkatan," pesan singkat Mbak Ida Tempo. Tak lama, kami bertemu. Dan, satu per satu anggota rombongan pun muncul. mengenalkan diri dan membagi kartu nama.

Pukul 23.30 kami berangkat meninggalkan bandara. Transit di Singapura dan langsung ke Doha. Seeblas jam kurang lebih, aku duduk tanpa bergeser. Ke kamar kecil pun tidak. Aku benar-benar ingin menikmati perjalanan super lama ini.

Tidak tahu jam berapa kami sampai di Doha. Turun dari pesawat aku langsung mencari toilet dan ruang rokok untuk memberi kesempatan kepada bibirku yang mulai kecut. Setelah kurang lebih dua jam, perjalanan dilanjutkan dengan naik pesawat lagi untuk duduk sekitar lima jam agar bisa sampai ke Tunisia.

Sekitar pukul 13;30 waktu Tunis atau pukul 19;30 WIB, tanah Tunisia akhirnya kuinjak juga. bersama rombongan, kami langsung menuju Hotel Africa. Hanya untuk menaruh koper dan ransel. Oleh Amel, dosen yang menjadi guide, aku dan kawan-kawn langsung diajak jalan ke shouk Pasar Tradisonal Old Medina. Dan, dari sinilah cerita demi cerita di tanah Tunis dimulai.

Selanjutnya, baca: Jet Lee